
GRAGEPOLITAN – Seorang pelajar Kelas X SMAN 1 Tengah Tani Cirebon, Monyq (17) nekat meminum racun pembersih lantai diduga depresi usai putus sekolah karena tak mampu bayar biaya. Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat 6 Juni 2025 di sebuah toko buah di kawasan Kalitanjung tempatnya bekerja.
Beruntung percobaan bunuh diri warga Pasindangan Kec Gunungjati Kab Cirebon tersebut, diselamatkan Dias salah satu teman bekerjanya. Usai meminum racun sekira pukul 23.30 Wib, korban saat itu lanhsung dilarikan ke RSUD Gunung Jati.
Hingga Minggu 8 Juni 2025 malam, korban tampak masih terkulai lemah. Sementara orang tuanya bernama Nono Carli berada disampingnya menunggui.
“Korban sekolah di SMAN Tengah Tani Kab Cirebon. Akan tetapi korban dikeluarkan pihak sekolah karena tak mampu bayar biaya sekolah,” ujar A Faozan TZ SH MH, Advokat dan Ketua LBH Badan Pejuang Demokrasi Kota Cirebon kepada Pikiran Rakyat Jabar, Minggu 8 Juni 2025.
Ia menyebutkan, selain tak mampu bayar biaya sekolah, korban juga diusir dari kost nya karena tak bisa bayar.
Kemudian korban bekerja menjadi pelayan dan penjaga toko buah di pasar Kalitanjung dengan upah Rp.20.000/hari.
Menjelang tahun ajaran baru tahun ini sudah dekat, uang yang yang dikumpulkan orang tuanya tidak mencukupi untuk bisa kembali mendaptarkan anaknya sekolah.
Hal ini rupanya didengar korban sehingga ia putus asa dan mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara meminum racun. Beruntung Dias teman korban berhasil menyelamatkannya dengan langsung membawa korban ke IGD RSUD Gunungjati.
Dikatakannya, korban juga jauh sebelumnya tercatat merupakan santri yang cerdas dan pandai berpidato Bahasa Inggris di Ponpes Madinatun Najah Kota Cirebon. Akan tetapi karena kemiskinan ia kini tak mampu melanjutkan sekolahnya.
“Kejadian sosial ini tentu harus menjadi perhatian bersama. Apalagi amanat Pembukaan UUD 45 jelas menyatakan, mencerdaskan kehifupan bangsa merupakan tanggungjawab bersama,” tandasnya.
Atas dasar itu, pihaknya meminta secara khusus bagi pejabat daerah Wali Kota, Bupati dan Gubernur serta Kepala Negara Presiden untuk bisa menjalankan pembukaan UUD 45.
“Kami berharap mengetuk Wali kota Bupati, Gubernur dan Presiden atas peristiwa ini. Jangan sampai karena kemiskinan kemudian tidak dapat melanjutkan belajar di tingkat SMA. Anak-anak jadi korban,” pungkasnya.
Sementara itu, belum ada tanggapan dari pihak dari Kantor Cabang Dinas (KCD) X Jawa Barat.***





Discussion about this post